Monday, October 10, 2011

Blonceng Liar di Kantor Milik Banyak Orang


Siapa yang tahu nama Latinnya Blonceng alias bligo alias labu air alias buah kundur? Saya biasa searching di google untuk masalah-masalah yang tidak saya ketahui. Namun untuk yang satu ini, saya belum menemukan.

Saya tidak tahu apakah Anda tahu apa itu blonceng atau tidak? Blonceng itu labu, kulitnya berwarna hijau keras, dan berbentuk lonjong. Di pasar dekat rumah saya di Sidoarjo, sayur (atau buah?) ini mudah ditemukan. Harganya murah. Seperti harga pepaya. Saya biasa menambahkannya di rawon bikinan saya. Menurut saya, rawon yang ditambahi blonceng, jadi semakin sedap. Di samping tentu saja lebih sehat. Atau, saya juga biasa menumisnya, ditambahi daging.

Blonceng yang saya sukai ini ternyata tumbuh di dekat ruangan tempat kerja saya di kantor. Sebelumnya saya belum pernah tahu, seperti apa rupa tumbuhan blonceng, meskipun suka mengonsumsinya. Tumbuhan ini menjalar subur di pagar kawat, di dekat bak penampungan air. Semula saya mengira, tumbuhan ini hanyalah semak-semak liar, jadi saya tak memperhatikannya lebih jauh. Namun, pada suatu pagi mata saya melihat melihat buah-buahnya menjadi besar, serupa dengan sayur (buah) yang biasa saya beli di pasar. Saya segera mengamati dan langsunng tanya salah satu staf lapangan di kantor saya, Pak Suroso, apakah tumbuhan itu blonceng? Pak Suroso langsung mengiyakan dan menceritakan segala hal yang berkaitan dengan tanaman yang saya sebut itu.

Menurut Pak Suroso, tanaman itu tumbuh dengan sendirinya sehingga kepemilikannya jadi kolektif. Buah blonceng itu ditunggu-tunggu kematangannya oleh beberapa kawan dan mereka bergantian memanen. "Meskipun harga di pasar murah, tapi kalau memanen sendiri kepuasannya lebih besar," ujar Pak Suroso.

Blonceng  liar yang buahnya lumayan lebat itu, kini oleh teman-teman juga dikembangbiakkan di tempat-tempat lain di sekitar kantor. 


Menurut pak Suroso yang asal Malang Selatan dan suka bercocok tanam ini, Surabaya potensial untuk ditanami Blonceng karna tumbuhan menjalar ini bisa tumbuh di udara kering maupun basah. Tapi toh orang-orang kota yang punya halaman (taman) luas sekalipun, jarang mau memanfaatkan tanahnya untuk menanam sayuran di rumah, apalagi blonceng. "Mana ada orang kota mau menanam sayuran di halaman rumah? Lombok pun jarang ada yang menanam. Mungkin orang-orang kota merasa bisa membeli sehingga kalau bisa beli, kenapa susah-susah nanam?" kata Pak Suroso.  

Memang benar kata-kata Pak Suroso yang bersahaja ini. Jarang ada orang kota yang mau memanfaatkan lahannya untuk bertanam sayuran. Apa pun itu, apalagi blonceng. Orang baru ramai-ramai nanam cabe saat harga cabe naik. Dan saat harga cabe turun lagi, tanaman ini hilang dari halaman rumah.

Padahal menanam sayuran di halaman rumah banyak manfaatnya. Dari segi kesehatan, jelas kita ingin mengonsumsi makanan sehat. Karena kita tahu bahaya zat kimia sintetes berbahaya, jelas sayuran yang kita tanam bebas dari bahan-bahan tersebut.

Sayuran di pasar tradisional, apalagi di supermarket ataupun hypermarket, tak ada jaminan  bebas dari bahan kimia berbahaya itu, bukan?

Nah, ayo mulai kita tanam sayur di rumah sendiri. Bisa di dalam pot kok, nanamnya.

1 comment:

Fadhyah Ahmad said...

Blonceng lain dengan Bligo (Beligo, buah Kundur).
Dalam bahasa Indonesia, Blonceng disebut Labu Air atau Labu Sayur, dg bahasa latinnya: Lagenaria siceraria (Molina) Standl. dan dikenal sbg Bottle Gourd in English.
Sedangkan Bligo bahasa latinnya Benincasa hispida Thunb. sering juga disebut sebagai Labu Putih atau Ash Gourd dlm bhs Inggris.
Itu sedikit info yg saya ketahui.