Thursday, October 16, 2008

Kemladean (Benalu) di Pohon-pohonku

Beberapa hari ini aku dan suamiku disibukkan memotong kemladean (benalu) yang menempel pada dahan-dahan di pohon-pohon jambu, belimbing, dan mangga di halaman rumah. Entah sudah berapa lama kemladean itu hadir. Yang jelas, banyak sekali jumlahnya. Mereka mencengkeram dahan-dahan pohon bebuahan yang kami sukai.

Dahan-dahan yang penuh bunga dan buah bahkan harus dipotong agar aksi kemladean tersebut berhenti. Biarlah untuk musim buah saat ini kami tidak banyak menikmatinya. Melihat pohon-pohon yang kini kurus tersebut sehat kembali jauh lebih baik.

Potongan-potongan batang cukup menggunung. Aku melihat akar kemladean banyak yang telah menggelembung besar menyerupai umbi, tumbuh menjalar sampai jauh ke batang-batang yang lain. Mereka tampil mengerikan.

Kemungkinan besar kemladean itu dibawa burung-burung yang setiap pagi menyambangi halaman rumahku. Memang banyak burung yang singgah di tiga pohon di halaman rumahku. Burungnya bisa berjenis apa saja, termasuk yang belum pernah kulihat.

Sebelumnya, kami tidak menyadari hadirnya kemladean tersebut. Maklum, kemladean berwarna hijau, persis dengan warna daun-daun pada umumnya. Sehingga, kalau tidak jeli, mata kita tidak bisa menangkapnya.

Perasaan akan adanya penyakit di pohon-pohonku sudah kurasakan sekitar dua bulan ini. Aku melihat buah-buahan hasil panenan dari rumah kami menurun kualitasnya, terutama belimbing. Tidak besar-besar sebagaimana biasanya. Daunnya pun kurasa tampak menyempit. Hal yang sama juga terjadi pada mangga. Meskipun berbuah dan rasanya manis, namun daun-daunnya kulihat mengerut dan tidak segar. Semula aku menangkap, masalahnya adalah kekurangan air karena ini musim kemarau.

Tapi rasaku, pasti ada sesuatu yang lain. Mataku mulai meneliti pohon belimbing tersebut. Ternyata kemladean tumbuh subur di batang-batangnya, terutama di bagian atas. Setelah itu aku meneliti pohon mangga. Hal serupa terjadi. Demikian pula untuk pohon jambu. Akhirnya, terjadi aksi penebangan batang-batang sebagaimana kuceritakan di atas. Dan ketika kami merasa kerja sudah selesai, ternyata setelah kami teliti betul-betul, masih ada yang tersisa. Kami menebang dan menebang lagi, sampai kami benar-benar yakin tidak ada lagi yang tersisa.

Suamiku cerita tentang adanya pepatah Kemladean Ngajak Sempal. Buatku, itu sangat benar. Benalu sifatnya mengisap sampai yang diisapnya menjadi kerdil dan mati perlahan-lahan. Dalam keseharian, kita pun mengenal orang-orang yang memiliki sifat sebagaimana kemladean. Mau menerima, tak mau berbagi, tanpa rasa terima kasih malah membunuh pelan-pelan.

Kisah berburu kemladean ini mengingatkanku untuk tidak menjadi benalu yang membuat orang lain kita isap habis-habisan sampai orang tersebut mati. Aku juga diingatkan untuk
senantiasa menjaga kemurnian diri. Kendati sulit, kita harus terus-menerus menjaga agar tidak sehelai benalu pun hinggap dalam diri ini. Karena, bila kita membiarkannya satu saja hadir dan merasa nyaman, ia akan beranak-pinak dari generasi ke generasi, sampai kita pun ”mati” perlahan-lahan. (Alpha Savitri)

No comments: