Thursday, September 25, 2008

Bu Lily yang Tekun Belajar Kompos

Bu Lily tinggal di Malang. Sering sharing denganku soal-soal yang berhubungan dengan kompos via email. Semula aku nggak tahu, seperti apa dia. Remaja, paruh baya, atau sepuh. Yang aku tahu hanyalah, dia memiliki semangat tinggi untuk mengelola lingkungan hidup lewat rumah tangganya.

Namun hari di mana aku tahu seperti apa Bu Lily secara fisik tiba juga. Dia datang ke kantor. Napasnya agak tersengal. Keringat pun bercucuran. Katanya habis naik kendaraan umum. Kantorku di seputar kampung padat penduduk Rungkut Surabaya. Relatif susah dijangkau orang yang baru pertama kali datang.

“Oh, ini toh yang namanya Bu Lily. Sudah sepuh,” seruku dalam hati. Lantas kami pun mulai sharing apa pun tentang lingkungan hidup.

Bu Lily datang ke kantor sendirian, hanya untuk belajar. Tidak yang lain-lain. Hampir lima jam dia manfaatkan waktunya di Pusdakota untuk bertanya dan bertanya, lantas mencatat. Ia pulang menjelang maghrib, langsung ke Malang. Harus naik kendaraan umum beberapa kali untuk sampai di rumahnya.

Kini aku sering menerima email darinya. Ia sharing kepadaku tentang pembuatan pupuk cair dari bonggol pisang. Ia utarakan keinginannya pula untuk menanam padi dalam polibag. Ia selalu sharing tentang pengomposan yang dilakukannya.

SMS-nya yang terakhir datang tadi pagi. Dia mengucapkan selamat menjalankan ibadah puasa. Ia kabarkan pula, bakteri padatnya sudah jadi, tinggal dipakai. Pupuk cair dari dari tempe juga berhasil baik.

Ibu Lily, sungguh aku banyak belajar darinya. Fisiknya memang tampak lemah dan cepat capek. Tapi dalam dirinya tersimpan energi dahsyat untuk terus mengembangkan diri. Ya, menjadi tua itu pasti. Tapi menjadi bijaksana adalah pilihan. (Alpha Savitri)

No comments: