Tuesday, September 02, 2008

Mengepal Itu Nggak Mudah

Mengepal bibit merupakan selingan yang kusukai saat jenuh di kantor. Kawan-kawanku pun menyukai selingan ini. Pada sore hari, kadang tanpa sengaja kami dari berbagai divisi ngumpul bareng di tempat pembibitan sayur di kebun depan Pusdakota. Tangan-tangan ini terasa gatal untuk mengepal.

Sore tadi aku ke kebun depan kantor untuk mencari hawa segar sejenak. Aku barusan menerima tamu, para pemikir. He.. he..he.. Topiknya agak serius sehingga pikiran ini perlu refreshing. Sampai di kebun, kulihat kawanku Mas Gun sedang mengepal bibit sawi. Aku segera menghampiri dan membantunya. Belum lama aku di situ, anak-anak yang biasa main-main di Pendopo Pusdakota datang. Mereka pun nimbrung ikut mengepal. Tapi karena baru pertama kali melakukan, hasilnya belepotan. Tapi namanya saja inisiatif sambil belajar, ya kuapresiasi. Foto-foto mereka ku-upload juga di sini. Lihat, mereka tampak bersemangat mengerjakannya.

Memindah bibit sayur yang telah berusia dua minggu untuk dikepal-kepalkan di tangan itu nggak mudah. Kelihatannya sih hanya tinggal menaruh tanah di dalam tangan kita, lantas helaian bibit sayur yang telah bersemi kita pindahkan di situ dan kita kepal-kepal. Kita tunggu sampai beberapa hari untuk kemudian dipindah di lahan.

Tidak semua hasil kepalan bagus bila dipindah di lahan. Salah sedikit dalam mengepal, sayuran tidak berkembang dengan baik. Makanya, aku super hati-hati untukmelakukan. Takut kalau pertumbuhannya nggak bisa bagus.

Aku jadi ingat pengalamanku membibit kali pertama. Hanya mengepal satu bibit saja, sulitnya setengah mati. Hasilnya nggak begitu lurus dan lama sekali melakukannya. Beda dengan sekarang. Hasilnya lebih bagus dipandang dan kalau dipindah di lahan, pertumbuhannya kemungkinan besar bagus. Mengepal yang bagus itu butuh pengalaman. Semakin tinggi jam terbang, semakin hasilnya bagus.

Aku memercayai juga teori tentang pH tanah yang bagus untuk tanaman sehingga jenis tanah, apakah liat, berpasir, atau sedang cukup berpengaruh terhadap pertumbuhannya. Aku juga percaya bahwa tanaman sayuran pada umumnya perlu sinar yang cukup banyak. Aku juga tahu bahwa pengepalan antara lain sebagai sarana adaptasi dari tempat persemaian ke lahan.

Tapi, di atas teori-teori pertanian seperti itu, bagiku ketelatenan dan perasaan juga harus dinomorsatukan. Semakin tidak telaten, hasilnya semakin acak-acakan. Perasaan juga diperlukan. Percaya atau nggak, tanaman itu makhluk hidup yang perlu sentuhan pas agar ia bisa tumbuh dan berkembang dengan bagus. Sejak di tempat persemaian, tanaman harus kita perlakukan sebagai sahabat kita. Kita akan merasa sakit kalau sahabat kita sakit dan kita akan merasa senang kalau sahabat kita senang, bukan? Tanamanku di rumah misalnya, yang tidak begitu kuperhatikan, pertumbuhannya tidak sebaik yang kuperhatikan dan kucermati.

Perlakukan semua makhluk sebagai sahabatmu, maka mereka akan berterima kasih padamu, begitu kira-kira pesan bijak yang kutangkap sesorean ini. (Alpha Savitri)

No comments: