Ini survey kecil-kecilanku bersama Nita, rekan sekantor, tentang kegemaran anak-anak makan snack dalam kemasan. Kami melihat anak-anak yang tinggal di dekat kantor Pusdakota paling suka snack seharga Rp 500-an. Kata mereka, rasanya gurih. Ibu-ibu mereka sering mengeluh satu sama lain, anak-anak nggak suka makan nasi. Setiap hari minta jajan snack.
Duh, padahal ibu-ibu setahuku punya banyak kreasi menu. Apalagi negara kita kaya hasil-hasil pertanian. Pastinya makanan pun aneka ragam dan sehat-sehat. Tapi ya itu tadi, tetap saja anak-anak di sekitar kantorku lebih suka ngemil snack dalam kemasan. Ibu-ibunya, kami tanya tentang kandungan gizi dan bahaya snack dalam kemasan mengaku tidak tahu. Mereka tidak tahu, MSG sintetis di dalamnya bisa menyebabkan gangguan kesehatan termasuk bisa memicu kanker. Belum lagi bila ada zat pewarna buatan macam rhodamin B yang warnanya mencolok dan lazim dipakai di industri tekstil. Ini bisa menyebabkan kerusakan hati. Sanck yang beredar di sekitar wilayah Rungkut Lor Surabaya, dari survey kecil-kecilanku bersama Nita, tidak mencantumkan jenis zat pewarna dan pengawet, takarannya, dan semacamnya.
Oh ya, pernah ada penyuluhan di pendopo kantorku, untuk para ibu di Rungkut Lor Surabaya. Penyuluhnya, ibu dokter anak (duh, aku lupa namanya). Dia bilang, kalau anak-anak nggak suka makan sayur dan menu-menu yang disajikan ibunya, itu pasti ada sebabnya. Katanya, sejak bayi, mereka sudah diperkenalkan makanan yang manis dan gurih. Jadi, mereka nggak suka makan sayur.
Mungkin ada benarnya. Aku sering lihat, para orangtua kini nggak lagi mau memasak bubur untuk bayinya. Kan ada yang instan. Cepet, mudah, dan murah. Wah, kalau semua orangtua punya sikap seperti itu, perusahaan pemasok pangan instan bisa semakin kaya raya.
Ini bahan-bahan dari 8 snack yang kami ambil sebagai sampel.
No comments:
Post a Comment