8 Agustus 2008. Sudah seminggu aku tidak menengok alat pengomposanku yakni Keranjang Takakura. Alasannya klasik: sibuk. Nggak pernah di rumah. Pagi sudah berangkat, malam baru pulang. Setelah pulang siram-siram tanaman sebentar, nulis-nulis sebenar, makan-makan, terus tidur.
Wah, nggak bisa dibiarkan begitu. Toleran terhadap diri sendiri itu seringkali menyesatkan. Kini aku sedang toleran terhadap diriku dan aku merasa di ambang kesesatan.
Aku bangun pagi-pagi sekali lantas nengok Takakura. Astaga, benar feeling-ku. Takakura merana. Komposnya basah sekali. Waduh, pasti kebanyakan makan jambu. Benar saja. Setelah kutanyakan kenapa Takakura sakit, Budheku bilang, tiga hari lalu memasukkan buah jambu lumayan banyak. Walah, walah…. Ini kali kedua Takakura sakit sejak kupakai tiga tahun lalu. Kalau dulu, aku kebanyakan memasukkan udang ke keranjang itu. Lumayan bau. Lantas aku obati dengan menambahkan bekatul di starternya.
Untuk kasus kebanyakan makan jambu, aku juga yang salah, nggak ngasih keterangan komplit tentang apa yang bisa dan tidak bisa dimasukkan. Berapa banyak harus dimasukkan. Padahal, aku tahu detail tentang teknologi pengomposan Takakura karena aku kantorku Pusdakota, bersama Pak Takakura, Pak Ishida, dan pihak Pemerintahan Kota Surabaya meriset teknologi pengomposan yang akhirnya dinamakan Keranjang Takakura. Setiap hari aku juga melayani para costumer yang ingin bertanya tentang apa pun yang menyangkut Keranjang Takakura. Ya sudah, diambil hikmahnya saja.
Dulu, waktu Takakuraku sakit karena kebanyakan makan kepala dan kulit udang mentah, aku lantas mikir bagaimana agar Takakura tidak neg makan sea food. Kali lain, sisa kepala dan kulit udang kubilas dengan air panas sebentar, lantas kubilas dengan air biasa, baru kumasukkan keranjang pengomposan itu. Dan horeeee, berhasil. Tidak berbau. Nah, ketemu rumusnya.
Sekarang, pun aku harus bisa belajar sesuatu. Kalau dulu aku menambah bekatul di starter, kini aku ingin cara yang lain. Daun jambu, belimbing, dan mangga di halamanku yang sudah coklat karena mengering kukumpulkan, kuremat-remat halus dan kukasukkan dalam starter Takakura dan kuaduk-aduk. Daun-daun yang sudah mengering, kan banyak mengandung karbon. Takakuraku butuh di-treatment dengan bahan berkarbon.
Aku melihat Takakuraku berangsur sembuh. Saat aku memberi makan dengan sisa nasi dan daun-daun, Takakura kembali hangat seperti biasanya
No comments:
Post a Comment