Sudah kuceritakan di blog ini beberapa waktu lalu proses-prosesku membibit padi. Nah, tanggal 19 Agustus 2008 aku memindah dua bibit padi dari persemaianku, dua pot, lebih dari seminggu lalu. Harusnya aku berhitung, sudah dua hari lalu kupindahkan. Tapi karena harus mengawal adikku yang melahirkan, dan aku nggak masuk kantor, aku barusan memindahnya hari ini.
Waktu aku nggak masuk, anak-anak belakang: Wajib ku-sms untuk melakukan pengawalan. Dalam arti menyiraminya. “Siap, Mak,” kata mereka. Tidak Cuma kalau kumintai tolong, tapi setiap sore pun kalau aku telat menyiram, mereka sudah langsung menyirami calon padi itu.
Aku sudah mempersiapkan dua tempat untuk dua bibit padi. Pertama karung goni yang kutempatkan di keranjang bambu. Kedua pot bekas dari semen.
Oh ya, sehari sebelum kupindahkan ke dua tempat tersebut, bibit-bibit itu kuletakkan di bawah sinar matahari. Tapi aku tetap memperhatikan pengairannya. Kenapa aku taruh di bawah sinar matahari, biar mereka beradaptasi dulu barang sehari dulu, di bawah sinar matahari langsung. Nantinya kalau sudah kupindah ke karung dan pot, mereka harus terus di bawah matahari langsung. Kedua media tersebut kuletakkan di bawah sinar matahari.
Bibit-bibit padiku tumbuh dengan baik. Daunnya menjulur ke atas. Kata Mas Gun, staf urban farming di kantorku, bibit-bibit di tempat persemaianku tumbuh dengan bagus. “Batangnya lurus-lurus,” katanya. Aku cuma bisa manggut-manggut dan bilang,” Oh, begitu.”
Lantas Mas Gun bertanya padaku, bagaimana cara aku membibit. Aku bilang, nggak pakai nampan kedap air, tapi pakai nampan bolong-bolong yang kualasi daun, terus kupakai kompos bikinan Pusdakota di situ (Kompos Pusdakota kebanyakan materinya berasal dari sampah rumah tangga warga). Aku mengairi bibitku dengan air ledeng setiap pagi dan sore.
Dua bibit padi kupindahkan ke dua tempat yang kusiapkan. Aku memilih berdasarkan feeling-ku, mana di antara bibit-bibit di pembibitanku itu yang akan kutaruh di pot dan karung. Sementara bibit-bibit yang lain kurencanakan bersama Mas Gun untuk memindahnya di sepetak tanah di kebun kami.
Aku pindahkan bibit itu dengan hati-hati dan akarnya tidak kubenamkan dalam-dalam di tanah dalam pot dan karung itu. Aku berdoa mudah-mudahan bibit itu bersemai dengan baik.
Tanggal 20 Agustus 2008, sisa bibit kupindah bersama Mas Gun.
Kulihat Mas Gun sudah menyiapkan lahan yang akan ditanami padi. Dia memberinya dengan kotoran kambing yang telah kering dan sedikit kapur dolomit agar tanah tidak terlalu asam. Setengah bibit padi bahkan sudah dia pindah sesuai dengan hasil diskusi kami sebelumnya bahwa rencananya jarak antara satu bibit dengan bibit yang lain, paling tidak 30 cm. Aku ikut menanam yang separonya sampai lahan terisi semua. Tapi bibit yang ada di persemaian masih ada delapan buah. Aku dan Mas Gun sepakat untuk menaruhnya di tengah-tengah beberapa bagian, untuk nantinya kami lihat apakah jarak tanam sangat berpengaruh terhadap perkembangan padi.
Oh ya, dari 100 buah biji padi yang kutebar, hanya separonya yang tumbuh dengan tinggi bervariasi. Aku nggak tahu kenapa separonya nggak tumbuh. Mungkin kurang kuairi, atau bagaimana? Atau mungkin dimakan tikus? Nggak tahulah. Namanya juga masih amatir. Pertumbuhkan bibit padiku bervariasi, mulai dari 1 cm sampai 17 cm. *
Waktu aku nggak masuk, anak-anak belakang: Wajib ku-sms untuk melakukan pengawalan. Dalam arti menyiraminya. “Siap, Mak,” kata mereka. Tidak Cuma kalau kumintai tolong, tapi setiap sore pun kalau aku telat menyiram, mereka sudah langsung menyirami calon padi itu.
Aku sudah mempersiapkan dua tempat untuk dua bibit padi. Pertama karung goni yang kutempatkan di keranjang bambu. Kedua pot bekas dari semen.
Oh ya, sehari sebelum kupindahkan ke dua tempat tersebut, bibit-bibit itu kuletakkan di bawah sinar matahari. Tapi aku tetap memperhatikan pengairannya. Kenapa aku taruh di bawah sinar matahari, biar mereka beradaptasi dulu barang sehari dulu, di bawah sinar matahari langsung. Nantinya kalau sudah kupindah ke karung dan pot, mereka harus terus di bawah matahari langsung. Kedua media tersebut kuletakkan di bawah sinar matahari.
Bibit-bibit padiku tumbuh dengan baik. Daunnya menjulur ke atas. Kata Mas Gun, staf urban farming di kantorku, bibit-bibit di tempat persemaianku tumbuh dengan bagus. “Batangnya lurus-lurus,” katanya. Aku cuma bisa manggut-manggut dan bilang,” Oh, begitu.”
Lantas Mas Gun bertanya padaku, bagaimana cara aku membibit. Aku bilang, nggak pakai nampan kedap air, tapi pakai nampan bolong-bolong yang kualasi daun, terus kupakai kompos bikinan Pusdakota di situ (Kompos Pusdakota kebanyakan materinya berasal dari sampah rumah tangga warga). Aku mengairi bibitku dengan air ledeng setiap pagi dan sore.
Dua bibit padi kupindahkan ke dua tempat yang kusiapkan. Aku memilih berdasarkan feeling-ku, mana di antara bibit-bibit di pembibitanku itu yang akan kutaruh di pot dan karung. Sementara bibit-bibit yang lain kurencanakan bersama Mas Gun untuk memindahnya di sepetak tanah di kebun kami.
Aku pindahkan bibit itu dengan hati-hati dan akarnya tidak kubenamkan dalam-dalam di tanah dalam pot dan karung itu. Aku berdoa mudah-mudahan bibit itu bersemai dengan baik.
Tanggal 20 Agustus 2008, sisa bibit kupindah bersama Mas Gun.
Kulihat Mas Gun sudah menyiapkan lahan yang akan ditanami padi. Dia memberinya dengan kotoran kambing yang telah kering dan sedikit kapur dolomit agar tanah tidak terlalu asam. Setengah bibit padi bahkan sudah dia pindah sesuai dengan hasil diskusi kami sebelumnya bahwa rencananya jarak antara satu bibit dengan bibit yang lain, paling tidak 30 cm. Aku ikut menanam yang separonya sampai lahan terisi semua. Tapi bibit yang ada di persemaian masih ada delapan buah. Aku dan Mas Gun sepakat untuk menaruhnya di tengah-tengah beberapa bagian, untuk nantinya kami lihat apakah jarak tanam sangat berpengaruh terhadap perkembangan padi.
Oh ya, dari 100 buah biji padi yang kutebar, hanya separonya yang tumbuh dengan tinggi bervariasi. Aku nggak tahu kenapa separonya nggak tumbuh. Mungkin kurang kuairi, atau bagaimana? Atau mungkin dimakan tikus? Nggak tahulah. Namanya juga masih amatir. Pertumbuhkan bibit padiku bervariasi, mulai dari 1 cm sampai 17 cm. *
No comments:
Post a Comment