10 Agustus. Ini hari Minggu tapi aku harus piket di kantor. Di tengah kesepian, aku kepikiran menanam padi di pot. Sudah lama sih, kepikirannya. Sejak aku lihat padi dalam potnya Mas Nono dan Mas Albert (tim Wana Patria Blitar) beberapa bulan lalu. Wah, padinya panjang-panjang dan bagus. Pasti lumayan bila halaman rumahku punya padi dalam pot, seperti yang ada di kebun Wana Patria.
Dulu-dulu cuma kepikiran tapi hari ini pengiiiin banget. Apalagi aku juga barusan buka blognya Pak Sobirin (www.clearwaste.blogspot.com) dari Bandung. Dia tanam padi di pot dengan metode System Rice Intensification (SRI). Aku sempat juga tahu metode ini pas riset di perusahaan rokok terbesar negeri ini. Dari satu bulir padi saja, anakannya, bisa lebih dari 100. Aku juga sempat tertarik metode ini. Tapi, lagi-lagi cuma kepikiran.
Kalau terus kepikiran, kapan bisa maju? Nah! Aku harus mulai. Aku akan mengembangbiakkan bakteri cair dulu. Nantinya bakteri itu akan kupakai sebagai pupuk cair.
Di kulkas kantor ada yogurt, tempe, dan tape. Aku ambil tape dan beberapa tetes yogurt. Ada gula yang tinggal sedikit kuambil juga. Tapi tempenya nggak kuambil. Lantas aku membeli terasi dan gula. Harusnya aku nggak beli gula. Air tebu di pinggir jalan cukup. Tapi lagi malas keluar jauh-jauh. Jadi kubeli gula satu kilo.
Kantorku, Pusdakota, rutin bikin bakteri cair / native microorganism untuk keperluan sanitasi dan pengomposan. Bakteri cair ala kantor kami telah kami tularkan pembuatannya ke mana-mana – sampai ke Sumatra dan Kalimantan segala. Memang, sesungguhnya kita nggak usah beli mikroorganisme komersial. Di sekitar kita telah tersedia bahan-bahan untuk membuatnya. Bahannya ya itu tadi: Tape, tempe, yogurt, air gula.
Bakteri cair tersebut oleh Pak Sobirin disebut MOL. Mikroorganisme Lokal. Dari Pak Sobirin aku juga dapat ilmu, terasi bisa dipakai MOL. Pak Sobirin mencampur antara tape dan terasi, lantas ditambahkan air. Kalau kantorku biasa pakai tempe, tape, yogurt, air tebu. Aku coba gabungkan saja keduanya, siapa tahu berhasil. Aku pakai cara yang anaerob. Usai membuat, drum kandidat bakteri cairku aku tutup rapat dengan plastic agar bisa terfermentasi. (Aku kepikiran juga, Pak Sobirin kayaknya membuka botol air mineral yang berisi MOL. Apa aku salah baca? Kenapa ya? Mungkin aku harus tanya pada beliau).
Setelah bikin MOL, aku telepon kawanku di Wana Patria Blitar Mas Nono tentang tatacara membenih yang baik. Oh, ternyata lain dengan cara Pak Sobirin membenih. Baiklah, aku akan praktikkan keduanya. Mana yang lebih baik akan ketahuan kelak.
MOL kuperkirakan bisa kupakai 4 hari lagi. Maka, 3 hari lagi aku harus mulai membenih.
Aku selesaikan pekerjaanku dengan pencatatan untuk keperluan penelitian kecil-kecilanku ini. *
No comments:
Post a Comment